(Tugas II merangkum materi sejarah Indonesia )
Kelompok III Kerajaan Singhasari (sudah diskusi kelas SDK)
1. Amel
2. Risma
3. Sinta
----------------------------------------------------
Kerajaan Singhasari
(materi sejarah Indonesia)
Raja-Raja
yang Memerintah Singhasari
a.
Ken Arok (1222 – 1227 M)
Setelah
berakhirnya Kerajaan Kediri, kemudian berkembang Kerajaan
Singhasari. Pusat Kerajaan Singhasari kira-kira terletak di dekat Kota
Malang, Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan oleh
Ken Arok. Ken Arok berhasil tampil sebagai raja,
walaupun ia berasal dari kalangan rakyat biasa.
Menurut kitab Pararaton,
Ken Arok adalah anak
seorang petani dari Desa Pangkur, di sebelah
timur Gunung Kawi, daerah Malang. Ibunya bernama
Ken Endok. Diceritakan,
bahwa pada waktu masih bayi, Ken Arok diletakkan oleh ibunya di sebuah makam. Bayi
ini kemudian ditemukan oleh seorang pencuri,
bernama Lembong. Akibat dari didikan dan lingkungan
keluarga pencuri, maka Ken Arok tumbuh menjadi
seorang penjahat yang sering menjadi
buronan pemerintah Kerajaan Kediri. Suatu ketika
Ken Arok berjumpa dengan pendeta Lohgawe. Ken
Arok mengatakan ingin menjadi orang
baik-baik. Kemudian dengan perantaraan Lohgawe, Ken
Arok diabdikan kepada seorang Akuwu
(bupati) Tumapel, bernama Tunggul Ametung.
Setelah
beberapa lama mengabdi di Tumapel, Ken
Arok mmpunyai keinginan untuk memperistri
Ken Dedes, yang sudah menjadi istri Tunggul
Ametung. Kemudian timbul niat buruk dari Ken Arok
untuk membunuh Tunggul Ametung agar Ken Dedes dapat diperistri olehnya.
Ternyata benar, Tunggul
Ametung dapat dibunuh oleh Ken Arok dengan keris Mpu
Gandring. Setelah Tunggul Ametung terbunuh, Ken
Arok menggantikan
sebagai penguasa di Tumapel dan memperistri Ken Dedes. Pada
waktu diperistri Ken Arok, Ken Dedes sudah mengandung tiga bulan,
hasil perkawinan dengan Tunggul Ametung. Pada waktu itu
Tumapel hanya daerah bawahan Raja Kertajaya dari Kediri.
Ken Arok ingin menjadi raja, maka ia merencanakan menyerang
Kediri. Pada tahun 1222 M Ken Arok atas dukungan para pendeta
melakukan serangan ke Kediri. Raja Kertajaya dapat ditaklukkan
oleh Ken Arok dalam pertmpurannya di Ganter, dekat Pujon, Malang. Setelah Kediri berhasil ditaklukkan, maka seluruh wilayah Kediri
dipersatukan dengan Tumapel dan lahirlah Kerajaan Singhasari. Setelah
berdiri Kerajaan Singhasari, Ken Arok tampil sebagai raja pertama.
Ken Arok sebagai raja bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang
Amurwabumi. Ken Arok memerintah selama lima tahun.
Pada tahun 1227 M Ken
Arok dibunuh oleh seorang pengalasan atau pesuruh dan Batil,
atas perintah Anusapati. Anusapati adalah putra Ken Dedes
dengan Tunggul Ametung. Jenazah Ken Arok dicandikan di Kagenengan
dalam bangunan perpaduan Syiwa-Buddha. Ken Arok
meninggalkan beberapa putra. Bersama Ken Umang, Ken Arok memiliki
empat putra, yaitu Panji Tohjoyo, Panji Sudatu, Panji Wregola, dan
Dewi Rambi. Bersama Ken Dedes, Ken Arok mmpunyai putra bernama
Mahesa Wongateleng.
b.
Anusapati
Tahun 1227 M
Anusapati naik takhta Kerajaan Singhasari. Ia memerintah
selama 21 tahun. Akan tetapi, ia belum banyak berbuat untuk
pembangunan kerajaan. Lambat laun
berita tentang pembunuhan Ken Arok sampai pula
kepada Tohjoyo (putra Ken Arok). Oleh karena ia mengetahui
pembunuh ayahnya adalah Anusapati, maka Tohjoyo ingin membalas
dendam, yaitu membunuh Anusapati.
Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati
memiliki kesukaan menyabung ayam maka ia
mengajak Anusapati untuk menyabung ayam. Pada saat menyabung ayam, Tohjoyo berhasil
membunuh Anusapati. Anusapati dicandikan di Candi Kidal dekat Kota Malang sekarang.
Anusapati meninggalkan seorang putra bernama Ronggowuni.
c.
Tohjoyo (1248 M)
Setelah
berhasil membunuh Anusapati, Tohjoyo naik
takhta. Masa pemerintahannya sangat
singkat, Ronggowuni yang merasa berhak atas
takhta kerajaan, menuntut takhta kepada
Tohjoyo. Ronggowuni dalam hal ini dibantu oleh
Mahesa Cempaka, putra dari Mahesa Wongateleng. Menghadapi tuntutan ini, maka
Tohjoyo mengirim pasukannya di bawah Lembu
Ampal untuk melawan Ronggowuni. Kemudian terjadi
pertmpuran antara pasukan Tohjoyo dengan pengikut Ronggowuni.
Dalam pertmpuran tersebut Lembu Ampal berbalik memihak
Ronggowuni. Serangan pengikut Ronggowuni semakin kuat dan
berhasil menduduki istana Singhasari. Tohjoyo berhasil meloloskan
diri dan akhirnya meninggal di daerah Katang Lumbang akibat luka-luka yang dideritanya
d.
Ronggowuni (1248 - 1268 M)
Ronggowuni
naik takhta Kerajaan Singhasari tahun 1248 M. Ronggowuni
bergelar Sri Jaya Wisnuwardana.
Dalam memerintah ia didampingi
oleh Mahesa Cempaka yang berkedudukan sebagai Ratu
Anggabaya. Mahesa Cempaka bergelar Narasimhamurti.
Di samping itu,
pada tahun 1254 M Wisnuwardana juga mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai raja muda atau Yuwaraja. Pada saat
itu Kertanegara masih sangat muda Singhasari di
bawah pemerintahan Ronggowuni dan Mahesa Cempaka hidup dalam keadaan aman dan tenteram. Rakyat hidup dengan
bertani dan berdagang. Kehidupan rakyat juga mulai
terjamin. Raja memerintahkan untuk membangun benteng pertahanan di Canggu
Lor. Tahun 1268 M,
Ronggowuni meninggal dunia dan dicandikan di dua tempat,
yaitu sebagai Syiwa di Waleri dan sebagai
Buddha Amogapasa
di Jajagu. Jajagu
kemudian dikenal dengan Candi Jago. Bentuk
Candi Jago sangat menarik, yaitu kaki candi bertingkat tiga dan
tersusun berundak-undak. Reliefnya datar dan gambar orangnya
menyerupai wayang kulit di Bali. Tokoh satria selalu diikuti dengan punakawan. Tidak lama kemudian Mahesa Cempaka pun meninggal
dunia. Ia dicandikan di Kumeper dan Wudi
Kucir.
e.
Kertanegara (1268 - 1292 M)
Tahun 1268 M
Kertanegara naik takhta menggantikan Ronggowuni. Ia
bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Kertanegara
merupakan raja yang paling terkenal di Singhasari. Ia bercita-cita,
Singhasari menjadi kerajaan yang besar. Untuk mewujudkan
cita-citanya, maka Kertanegara melakukan berbagai usaha.
Perluasan
Daerah Singhasari
Kertanegara
menginginkan wilayah Singhasari hingga meliputi
seluruh Nusantara. Beberapa daerah berhasil ditaklukkan,
misalnya Bali, Kalimantan Barat Daya, Maluku, Sunda, dan
Pahang. Penguasaan daerah-daerah di luar Jawa yang merupakan pelaksanaan politik luar negeri bertujuan untuk
mengimbangi pengaruh Kubilai Khan dari Cina. Pada tahun 1275 M
Raja Kertanegara mengirimkan Ekspedisi Pamalayu di
bawah pimpinan Mahesa Anabrang (Kebo Anabrang).
Sasaran dari ekspedisi ini untuk menguasai Sriwijaya.
Akan tetapi, untuk menguasainya harus melalui daerah
sekitarnya termasuk bersahabat dan menanamkan pengaruh
Singhasari di Melayu. Sebagai tanda persahabatan,
Kertanegara
menghadiahkan patung Amogapasa
kepada penguasa Melayu.
Ekspedisi Pamalayu diharapkan akan
menggoyahkan Sriwijaya. Dalam rangka
memperkuat politik luar
negeranya, Kertanegara menjalin
hubungan dengan kerajaan-kerajaan
lain di luar Kepulauan
Indonesia. Misalnya dengan Raja
Jayasingawarman III dan Kerajaan Campa. Bahkan Raja Jayasingawarman
III memperistri salah seorang
saudara permpuan dari Kertanegara. Kertanegara
memandang Cina sebagai
saingan. Berkali-kali utusan Kaisar Cina
memaksa Kertanegara agar mengakui
kekuasaan Cina, tetapi ditolak oleh Kertanegara. Terakhir pada
tahun 1289 M datang utusan
Cina yang dipimpin oleh Mengki.
Kertanegara marah, Mengki
disakiti dan disuruh kembali ke Cina. Hal
inilah yang membuat marah Kaisar
Cina yang bernama Kubilai Khan.
Ia merencanakan membalas tindakan Kertanegara.
Perkembangan
Politik dan Pemerintahan
Untuk
menciptakan pemerintahan yang kuat dan teratur, Kertanegara
telah membentuk badan-badan pelaksana.
Raja sebagai penguasa tertinggi. Kemudian raja mengangkat tim
penasihat yang terdiri atas Rakryan i Hino, Rakryan i Sirikan, dan Rakryan i Halu.
Untuk membantu raja dalam
pelaksanaan pemerintahan, diangkat beberapa pejabat
tinggi
kerajaan yang terdiri atas Rakryan Mapatih, Rakryan Demung dan
Rakryan Kanuruhan. Selain itu, ada pegawaipegawai rendahan. Untuk
menciptakan stabilitas politik dalam negeri, Kertanegara
melakukan penataan di lingkungan para pejabat. Orang-orang
yang tidak setuju dengan cita-cita Kertanegara diganti.
Sebagai contoh, Patih Raganata (Kebo Arema) diganti oleh Aragani
dan Banyak Wide dipindahkan ke Madura, menjadi Bupati
Sumenep dengan nama Arya Wiraraja.
Kehidupan
Agama
Pada masa
pemerintahan Kertanegara, agama Hindu maupun Buddha
berkembang dengan baik. Bahkan terjadi Sinkretisme
antara agama Hindu dan Buddha, menjadi bentuk Syiwa Buddha.
Sebagai contoh, berkembangnya aliran Tantrayana.
Kertanegara sendiri penganut aliran Tantrayana.Usaha untuk
memperluas wilayah dan mencari dukungan dari
berbagai daerah terus dilakukan oleh Kertanegara.
Banyak pasukan Singhasari yang dikirim ke berbagai
daerah antara lain ke tanah Melayu. Oleh karena itu, kekuatan
ibu kota kerajaan berkurang. Keadaan ini diketahui oleh
pihak-pihak yang tidak senang terhadap
kekuasaan
Kertanegara. Pihak yang tidak senang itu antara lain
Jayakatwang, penguasa Kediri. Ia berusaha menjatuhkan kekuasaan
Kertanegara. Saat yang
dinantikan oleh Jayakatwang ternyata telah tiba. Istana
Kerajaan Singhasari dalam keadaan lemah. Pasukan
kerajaan hanya tersisa sebagian kecil. Pada saat itu, Kertanegara
sedang melakukan upacara keagamaan dengan pesta pora,
sehingga Kertanegara benar-benar lengah. Tibatiba, Jayakatwang
menyerbu istana Kertanegara. Serangan
Jayakatwang
dibagi menjadi dua arah. Sebagian
kecil pasukan Kediri menyerang dari
arah utara untuk memancing
pasukan Singhasari keluar dari pusat
kerajaan. Sementara itu induk pasukan
Kediri bergerak dan menyerang dari
arah selatan. Untuk menghadapi
serangan Jayakatwang, Kertanegara
mengirimkan pasukan yang ada di
bawah pimpinan Raden Wijaya dan
Pangeran Ardaraja. Ardaraja
adalah anak Jayakatwang dan menantu
dari Kertanegara. Pasukan Kediri
yang datang dari arah utara dapat
dikalahkan oleh pasukan Raden Wijaya
Akan tetapi, pasukan inti dengan leluasa
masuk dan menyerang istana,
sehingga berhasil menewaskan Kertanegara.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1292 M.
Raden Wijaya dan pengikutnya
kemudian meloloskan diri setelah mengetahui istana kerajaan dihancurkan
oleh pasukan Kediri. Sedangkan
Ardaraja membalik dan bergabung
dengan pasukan Kediri. Jenazah
Kertanegara kemudian dicandikan di dua tempat, yaitu di Candi
Jawi di Pandaan dan di Candi Singosari, di daerah Singosari,
Malang. Sebagai raja yang besar, nama Kertanegara diabadikan di
berbagai tempat. Bahkan di Surabaya ada sebuah arca
Kertanegara yang menyerupai bentuk arca Buddha. Arca
Kertanegara itu dinamakan arca Joko Dolok.
Dengan terbunuhnya Kertanegara maka berakhirlah
Kerajaan Singhasari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar